Memaksa Diri Berubah Untuk Bebas

Hai Kamu, ini adalah sebuah curahan hati diriku dan masuk dalam segmen Catatan Konstan (COS). Aku ingin mengingat bahwa pada masa lalu pernah menempuh langkah besar dan melalui proses yang rumit untuk bebas dan merdeka.

Orang lain tak akan bisa membantu jika diri ini tak bergerak untuk berubah, hanya diri ini yang mampu mendorong untuk maju. Di luar sana pun masih banyak orang yang belum sadar untuk membebaskan dirinya sendiri, sehingga aku bisa bisa berbangga menjadi bagian manusia yang beruntung.

Tak Ada Hal Yang Cepat, Termasuk Memaafkan Diri Sendiri

Memaafkan bukanlah perkara yang mudah, Aku hanya makhluk Tuhan dan manusia biasa, jangan berekspektasi tinggi agar aku mampu memberi maaf. Pada diri sendiri saja terkadang sulit dilakukan, apalagi pada orang lain. Hidup ini ada hak dan kewajiban, aku punya hak untuk memilih dan kamu punya kewajiban untuk menghormati.

Sekalipun aku marah, aku berusaha memendam dan tak ingin orang lain ku jadikan pelampiasan, ada kalanya aku butuh sendiri agar aku mengerti apa yang sedang terjadi, semua butuh proses dan berkelanjutan. Ibaratkan air, biarkanlah mengalir dan jangan mengganggu jika dirasa tak perlu.

Bekas Akan Menetap Sekalipun Luka Telah Pudar

Beberapa orang bilang bahwa waktu akan menyembuhkan luka dan akan menjawab pertanyaanku. Tapi pada faktanya Aku juga dituntut untuk ikut andil bagian, bukan hanya termenung dan berpangku tangan dalam menunggu hasil yang tiba-tiba datang.

Waktu hanya meringankan sejenak, tak akan bisa menghapus kenangan lama yang sudah tercatat dalam memoriku. Mencoba menerima keadaan dan belajar menghargai diri adalah solusi yang dapat ditempuh selama proses menuju merdeka sedang berjalan. Sekalipun telah pudar, pastilah akan ada sebuah bekas yang tersisa untuk diambil hikmahnya.

Porsi Logika Dan Jiwa Yang Tepat

Jiwa dan Logika saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Jika jiwa sedang lelah, gunakanlah logikamu. Begitupun sebaliknya, aku pun mencoba menggunakan keduanya agar tak pincang ketika salah satunya sedang terluka.

Logika membantu dalam menjalani kehidupan yang keras, sedangkan jiwa akan menolong ketika perasaan dibutuhkan dalam mengambil sebuah tindakan. Sakit hati akan menjauh jika menggunakan logika, manusia menjadi penyayang jika jiwa ikut membantu.

Tuhan Selalu Ada Sekalipun Aku Lupa

Aku sadar bahwa masih banyak celah di hati ini untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Banyak keluhan yang aku lontarkan kala ujian ditimpakan, ratusan kali melanggar perintah yang diberikan, bermalasan dalam beribadah dan merasa sombong akan karunia yang dititipkan. Tak ada tempat terbaik untuk mengaduh, mengeluh dan mengucapkan terima kasih selain kepada Tuhan.

Sekalipun aku terjerumus dalam kesalahan yang sama tapi Tuhan masih memberikanku kesempatan untuk meminta maaf dan tetap membukakan pintu-Nya. Doa yang kita panjatkan tak akan sia-sia, dikabulkan atau tidak yang terpenting kita sudah berusaha, mungkin nanti atau saat kita mati.

Berterima Kasih Pada Diri Karena Mampu Bertahan Hingga Sekarang

Diriku hebat karena mampu bertahan dalam badai kehidupan, meskipun terkadang harus menelan asinnya air, tapi lama-kelamaan aku terbiasa. Diriku mampu bertahan karena adanya kemauan sekalipun harus dengan paksaan. Bila tak bertahan, mungkin aku sudah terperangkap pada harapan dengan ekspektasi yang berlebihan, hanya bisa menunggu dan termenung.

Penutup

Paksaan diriku untuk bebas bukan tanpa alasan, karena rasa yang menyakitkan pasti akan tergantikan dengan tangis kebahagiaan. Jangan lupa baca artikel sebelumnya tentang Merasa Terpuruk Dalam Titik Terendah Hidupku dan sampai jumpa di artikel selanjutnya. ADIOS!!!

0 Shares: