Merasa Terpuruk Dalam Titik Terendah Hidupku

Hai Kawan, Ini merupakan segmen Catatan Konstan (COS)! Apakah kalian pernah merasa di titik paling rendah dalam hidup? Ya, Aku pun sedang ada di fase itu, merasa tak berguna dalam hidup, hanya hidup sebagai boneka yang bergerak tak tahu arah.

Entah apa alasannya tapi itu sering terjadi, apalagi jika mengingat kenangan masa lalu. Tapi apa daya, waktu terus maju, tak akan pernah mundur dan tak bisa diatur. Membayangkan hidup seperti novel Hujan karya Tere Liye, rasanya ingin sekali menghapus memori pahit yang membekas dan menggores hati.

Semua itu karena masih terbayang sosok yang pernah mengisi hati ini, dia yang mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang tangguh, selalu sabar dan harus bisa melakukan apapun dengan mandiri. Sayangnya, ini menjadi penyesalan dalam hidupku untuk melepasnya. Aku tak bisa memaksakan kehendak agar dirinya menetap. Lagi pun, Tuhan pasti memiliki tujuan baik akan hal ini.

Aku Itu…

Aku tipikal orang yang jarang bercerita tentang masalah yang menimpa. Karena bagiku, orang terkadang hanya melihat masalah dalam satu sisi saja, sulit menemukan orang yang bisa memposisikan dirinya dalam masalah yang kita hadapi.

Orang bahkan cenderung menyalahkan karena menganggap kita lemah atau terlalu baper. Ya, itu tergantung pribadi masing-masing, jika dirasa masalah yang dihadapi terlalu personal tak usah untuk diungkapkan, lebih baik dipendam berharap agar masalah mereda dengan sendirinya.

Selagi berada dititik terendah, pastikan kita memiliki mindset bahwa ada hikmah dibalik keterpurukan kita, Tuhan berharap agar kita bisa mengupgrade ketahanan diri kita dalam setiap masalah yang diujikan.

Tanamkan sebuah kata bahwa titik terendah bukanlah akhir dari hidup kita. Kehidupan dan waktu memang terus berjalan tapi setidaknya jangan pernah sia-siakan untuk merenungi kesalahan yang memang sudah ditakdirkan.

Ibarat roda, hidup tak selalu diatas, ada kalanya kita dibawah untuk mengingat Tuhan dan melihat orang-orang yang mampu bertahan bahkan berhasil kembali ke puncak. Semua orang berhak menangis, tak memandang gender bahkan usia.

Karena menangis adalah salah satu wujud kita mengekspresikan diri, mengeluarkan semua beban hidup. Tak ada hal yang kekal didunia ini, termasuk keterpurukan tak kan bertahan lama.

Tips Jitu

Lantas bagaimana caraku bertahan dalam menghadapi keterpurukan dititik terendah? Sebelumnya terima kasih kepada Mojok atas insipirasi-inspirasi dalam artikel ini 🙂

a. Rebahan

Buat santai diranjang sambil nonton drakor, baca Thread di Twitter, atau baca cerita di Wattpad. Jangan lupa makan cemilan biar gak kelaparan ???? pelan-pelan aja biar gak keselek. Setidaknya beban pikiran berkurang dan perlahan akan hilang.

b. Nangisnya Jangan Dilimit

Gak perlu malu buat nangis, kalo mau ngegas ya ngegas aja. Ini diri kita, gak ada yang ngelarang kok buat nangis. Jangan lupa siapin tisu biar gak banjir.

c. Menyendiri

Ada banyak alasan mengapa menyendiri itu lebih baik, salah satunya karena kita gak pengen orang lain tahu seruwet apa masalah kita. Dengan menyendiri, Kita bisa introspeksi diri dan berusaha menjadi pribadi yang baik lagi.

d. Cari Hiburan

Banyak cara buat dapetin hiburan, misalnya cari Tweet receh di Twitter atau cari video di YouTube. Buat diri Kita merasa terhibur dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi.

e. Buat Orang lain Bahagia

Membantu orang lain untuk bahagia akan membuat diri kita merasa berguna dan tahu bahwa didunia ini masih ada orang yang senasib seperti kita, dengan harapan kita akan tertular kebahagian orang lain.

Pungkasan

Ingatlah bahwa masalah seberat apa pun yang sedang kita hadapi, jika kita tengok ke belakang, kita pernah melewati masalah-masalah lain yang datangnya berkali-kali, dan kita mampu bertahan dan tetap hidup hingga kini ???? Sadarkah bahwa ternyata kita memang lebih kuat dari apa yang kita pikirkan? Btw, baca yuk artikel Selamat Datang 2020 Sampai jumpa di artikel selanjutnya. ADIOS!!!

0 Shares: